Monday, January 13, 2014 0 komentar

Apabila Orang Bodoh Berbicara Urusan Ilmu Agama


Telah benar sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قبل الساعة سنون خداعة يكذب فيها الصادق ويصدق فيها الكاذب ويخون فيها الأمين ويؤتمن فيها
الخائن وينطق فيها الرويبضة

“Sebelum hari kiamat ada tahun-tahun pengkhianatan, orang yang jujur ketika itu didustakan, sedang pendusta dibenarkan, dan orang yang terpercaya dikhianati, sedang pengkhianat dipercaya, dan ketika itu Ar-Ruwaibidhoh pun berbicara”. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Yang dimaksud dengan “ruwaibidhoh” disebutkan dalam hadits yang lain :

السفيه يتكلم في أمر العامة

“Orang bodoh yang berbicara dalam urusan umum.”

Asy-Syatibi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-I’tishom (2/651) :

قالوا : الرجل التافه الحقير ينطق في أمور العامة كأنه ليس بأهل أن يتكلم في أمور العامة فيتكلم

“Mereka (ulama) berkata, orang bodoh yang rendah berbicara dalam urusan-urusan umum, seakan ia tidak memiliki kemampuan untuk berbicara dalam urusan-urusan umum namun ia tetap berbicara.”

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam I’laamul Muwaqqi’in (4/186) :

وقد رأى رجل ربيعة بن أبي عبد الرحمن يبكي فقال ما يبكيك فقال استفتي من لا علم له وظهر في الإسلام أمر عظيم قال وبعض من يفتي ههنا أحق بالسجن من السراق قال بعض العلماء فكيف لو رأى ربيعة زماننا وإقدام من لا علم عنده على الفتيا وتوثبه عليها ومد باع التكلف إليها وتسلقه بالجهل والجرأة عليها مع قلة الخبرة وسوء السيرة وشؤم السريرة وهو من بين أهل العلم منكر أوغريب فليس له في معرفة الكتاب والسنة وآثار السلف نصيب ولا يبدي جوابا بإحسان

“Dan sungguh seseorang pernah melihat Rabi’ah bin Abdir Rahman sedang menangis, maka ia berkata: Apa yang membuatmu menangis? Beliau menjawab: “Aku menangis karena orang yang tidak berilmu telah dimintai fatwa, dan muncul dalam Islam perkara besar, dan sebagian orang yang berfatwa di sini lebih layak dipenjara dibanding para pencuri.” Berkata sebagian ulama: Maka bagaimana lagi jika Rabi’ah melihat zaman kita, dan majunya orang yang tidak memiliki ilmu untuk berfatwa, melompat kedalamnya, memaksakan diri untuk masuk kepadanya, mendakinya dengan kebodohan dan kelancangan atasnya, padahal sedikit pengalamannya, jelek jalan hidupnya, kotor hatinya, dan tidak dikenal atau asing di tengah para ulama, serta tidak memiliki pengenalan terhadap al-kitab dan as-sunnah serta atsar-atsar Salaf, dan tidak pula memberikan jawaban dengan baik.”

(Ust. Abdul Barr Kaisenda)
Sumber: https://www.facebook.com/WebDanBlogAhlussunnah
Monday, January 6, 2014 0 komentar

Barokah Ilmu


Waktu itu sebelum pulang liburan, sempat keliling perpus Masjid Nabawi. Alhamdulillah menemukan buku tentang biografi Syaikh Muqbil karangan putri beliau, Ummu Abdillah Al-Wadi'iyyah.


Salah satu hal yang mengejutkan ternyata Syaikh Muqbil belum hafal Al-Qur'an 30 juz. Meskipun begitu, kalau sedang istinbath dari Al-Qur'an beliau lebih hebat daripada murid-murid beliau yang sudah hafal Al-Qur'an dan juga beliau dikaruniai ilmu yang luas sampai-sampai Syaikh Al-Utsaimin menjuluki beliau "Mujaddid dari Negeri Yaman".

Begitulah ilmu kalau dibarokahi oleh Allah. Manfaatnya bisa dirasakan oleh pemiliknya dan orang lain. Berbeda dengan sebagian orang yang merasa sudah hafal berbagai kitab dan menyandang berbagai gelar, namun karena tidak dibarokahi sehingga tidak kelihatan manfaatnya bagi pada dirinya sendiri atau pun orang lain.

(Febrian Fariyansyah, mahasiswa Univ. Islam Madinah)

Sumber: https://www.facebook.com/WebDanBlogAhlussunnah
 
;