Katakanlah,
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah.” Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran : 64)
dari Majalah
al-Furqan 11/4: 62-64 ::::::: Ustadz Abu Hafshah hafizhahullaah
Penyebaran Dakwah KE LUAR JAZIRAH
Islam sebagai sarana agama rahmatan
lil ‘alamiin (kasih sayang bagi semesta alam) menghendaki agar semua
manusia bernaung dan berbahagia dalam naungannya. Karena itu, Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam tidak membiarkan seorang pun tetap berada dalam agama
selainnya. Islam mengajaknya dengan cara yang baik sebab kebenaran itu pada
hakikatnya sangat berat diterima oleh hati manusia, maka akan semakin berat
jika manusia diajak dengan cara kasar.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam sebaik-baik teladan bagi para da’i dalam berdakwah. Beliau memulai
dakwah dengan mengajak kerabatnya terdekat, lalu bangsa Arab, kemudian seluruh
umat manusia hingga Romawi dan Persia dan seluruh alam. Beliau mengajak umat
manusia dengan lisan atau mengirim utusan atau lewat surat hingga dakwah dengan
pedang tidak lain adalah demi satu
tujuan yaitu agar manusia berbahagia dengan islam tanpa kepentingan dirinya
sedikit pun –sebagaimana tuduhan musuh-musuh dakwah.
Andaikata Islam memiliki sifat rahmat
buat semesta alam maka cukuplah bagi setiap pemeluknya membatasi dirinya dengan
ibadah semata kepada Allah hingga dia masuk surga sendirian. Jika urusan dunia
berupa harta, kekuatan, kehormatan, dan wanita semuanya bersifat monopoli
terbatas dan hanya orang tertentu yang dapat meraihnya maka Islam tidak
demikian, sebab pahala dan surga Allah sangatlah luas bagi setiap orang yang
berhak intuk meraihnya.
SURAT KEPADA PARA RAJA
Tenggang waktu 10 tahun tanpa perang
antara Quraisy dan kaum muslimin –sebagaimana dalam perjanjian Hudaibiyah-
memberi peluang yang cukup besar bagi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat untuk menyebarkan dakwah di dalam dan di luar
jazirah. Maka beliau mengajak kaum Romawi dan Persia kepada Islam.
Termasuk sarana dakwah yang dimanfaatkan
oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam menyampaikan risalah
adalah mengirim surat. Beliau sebagai nabi yang ummi-seakan-akan baru
dilahirkan oleh ibunya- tidak ahli baca tulis. Akan tetapi, beliau memiliki
juru tulis yang menulis wahyu atau surat dan semisalnya. Oleh karena itu, ulama
mengatakan, “Jika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menulis surat
atau semisalnya, artinya beliau menyuruh juru tulisnya.”
Tatkala Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mendengar bahwa para raja tidak mau menerima surat kecuali
memiliki stempel maka beliau membuat stempel dari perak bertuliskan “Muhammad
Rasulullah” dengan sifat lafazh Muhammad di bawah, di atasnya lafazh Rasul dan
paling atas lafazh Allah.
SURAT KEPADA NAJASYI
Rasulullah shallallaahu ‘alauhu
wasallam mengirim surat kepada Najasyi –nama gelar raja Nasrani di
Habasyah (Sudan dan Etiopia sekarang). Lalu beliau mengutus Amru bin Umayyah
Adhamri untuk menyerahkan surat ini kepadanya. Najasyi menyambut ajakan beliau
tetapi menyembunyikan keislamannya di hadapan kaumnya hingga beliau meninggal
dunia maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
menshalatinya dengan shalat ghaib di Madinah.
Ada yang menyebutkan surat Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam ditujukan kepada Najasyi yang lain dan bukan Najasyi yang
masuk Islam.
SURAT KEPADA KISRA
Kisra adalah nama gelar bagi raja
Kerajaan Persia yang beragama Majusi penyembah api (Iran sekarang). Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengirim surat ini bersama Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi
dan beliau memerintahkan agar menyerahkannya kepada pemimpin Bahrain lalu
pemimpin Bahrain menyerahkan ke Kisra. Tatkala Kisra membaca surat tersebut dia
menyobeknya maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendo’akan
agar Allah menyobek-nyobek kerajaannya.
Kemudian Kisra memerintahkan gubernurnya
di Yaman bernama Bazan, “Kirimlah dua orang untuk menemui orang yang mengaku
nabi ini.” Maka Bazan mengirim dua orang bersama sebuah surat. Setiba mereka di
Madinah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengajak mereka kepada
Islam, lalu kata beliau, “Kembalilah kalian dan datanglah kemari besok pagi.”
Tatkala keduanya datang maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata,
“Kabarkanlah kepada tuan kalian, Bazan, bahwa Rabbku pada malam ini telah
membunuh Kisra lewat tangan anaknya sendiri.” Lalu Bazan masuk Islam beserta
para pembesar Yaman.
Ini menunjukkan betapa besar permusuhan
dan kedengkian hati orang-orang kafir hingga antara bapak dengan anak bagaikan
musuh yang tak kenal damai.
SURAT KEPADA KAISAR
Kaisar adalah nama gelar raja Kerajaan
Romawi yang beragama Nasrani (Eropa atau Italia sekarang). Nash surat tersebut
sebagai berikut:
بسْمِ اللهِ الرَّمَنِ الرَحِيمِ
Dari Muhammad Abdullah (hamba
Allah) dan Rasul-Nya kepada Heraqlu, pembesar Romawi. Keselamatan bagi yang
mengikuti hidayah. Amma ba’du, masuk islamlah Anda akan selamat. Masuk
Islamlah Anda akan diberi pahala dua kali (pahala mengikuti Nabi Isa ‘alaihissalam
dan pahala mengikuti Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam)
dan jika engkau enggan maka tanggunganmu dosa semua pengikutmu:
قُلْ يَآ أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَينَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدُ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْءًا
وَلَا يَتَّخِذُ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِن تَوَلَّوْا
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمِينَ – آل عمران : 64
Katakanlah,
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran : 64)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam mengirim surat ini bersama Dhiyah bin Khalifah al-Kalbi dan
tatkala Kaisar membaca surat tersebut beliau mencari orang-orang yang terdekat
dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan kebetulan pada saat
itu rombongan dagang Quraisyi yang dipimpin Abu Sufyan sedang berdagang di Syam
(Suriah, Yordania, Lebanon, Palestina) maka beliau mengundang mereka di
majelisnya dan menanyai mereka tentang nabi ini. Setelah tanya jawab yang
panjang dengan Abu Sufyan yakni tentang nasab Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam dan kekuatan iman mereka, sikap kaumnya terhadap beliau,
hasil peperangan antara mereka, maka Heraqlu menyimpulkan, “Sungguh aku
mengetahui akan keluarnya nabi ini dan akan menguasai kerajaanku ini (ini
terbukti di zaman Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallaahu ‘anhu)
dan sesungguhnya jika aku sanggup untuk menemuinya maka akan kulakukan hal itu
dan jika aku berada di sisinya akan kucuci kakinya.” Akan tetapi, Heraqlu tidak
masuk islam karena takut kerajaannya hilang atau menyembunyikan keislamannya
demi menjaga keselamatan dirinya.
SURAT KEPADA MUQAUQIS
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam mengirim surat kepada Raja Mesir Nasrani bernama Muqauqis lewat
Hatib bin Abi Balta’ah. Dia menyambut baik, tetapi tidak masuk Islam dan
mengirim hadiah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berupa
budak bernama Maria al-Qibtiyah dan kendaraan.
SURAT KEPADA MUSAILAMAH
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam mengirim surat kepada Musailamah al-Kadzdzab, pemimpin Yamamah,
lewat Amru bin Umayyah Adhamri, tetapi Musailamah congkak dan mengaku sebagai
nabi bersekutu dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam juga mengirim surat kepada pembesar maupun gubernur lainnya
seperti Raja Yamamah, Amir Bahrain, dan pembesar Oman. Dan di antara mereka ada
yang masuk Islam dan ada yang tidak.
DELEGASI GHALIB BIN ABDULLAH
Usamah bin Zaid radhiyallaahu ‘anhumaa
berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengutus kami
untuk berangkat menuju Juhainah maka kami menyerang dan mengalahkan mereka. Aku
bersama temanku dari kaum Anshar mengejar seseorang di antara mereka hingga
tatkala kami mengepungnya dia mengatakan لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ maka temanku Anshari menahan diri tidak
membunuhnya dan aku tetap membunuhnya dan tatkala kami tiba di Madinah berita
ini sampai kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu beliau
mengatakan, ‘Kamu membunuhnya setelah dia mengatakan لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ ?’
Kujawab, ‘Wahai Rasulullah, dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi diri
dari pembunuhan.’ Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
‘Kamu membunuhnya setelah dia mengatakan لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ ?’
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam terus mengulangi perkataannya
ini hingga aku berangan-angan seandainya aku masuk Islam setelah kejadian
tersebut.” (Bukhari dan Muslim)
Ibnu Sa’ad menyebutkan bahwa Rasulullaah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengatakan, “Apakah kamu membelah dadanya sehingga kamu
ketahui bahwa dia benar atau dusta?”
Ini sebagai pelajaran bahwa kita hanya
menghukumi manusia secara lahir, sedang hati mereka urusan Allah, dan
bahwasanya orang kafir yang mengatakan kalimat tauhid tidak boleh dibunuh tanpa
melihat apakah ia jujur atau tidak.
IBRAH
1. Menunjukkan keilmuan Heraqlu tentang kenabian Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam sebab mereka mengetahui sifat-sifatnya secara detail dalam
Taurat dan Injil sebagaimana mereka mengetahui anak kandung sendiri. Firman
Allah:
الَّذِينَ
ءَاتَيْنَـ‘ـهُمُ الْكِتَـ‘ـبَ يَعْرِفُونَهُ، كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ
وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقُّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal
anak-anaknya sendiri2. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:
146)
2.
Sebagian raja menolak Islam
demi menjaga kedudukan mereka padahal seandainya mereka menerima Islam
kekuasaan mereka semakin utuh sebagaimana Najasyi dan lainnya. Maka sungguh
picik orang yang menyangka bahwa dengan Islam seseorang akan menjadi rendah dan
hilang wibawanya.
3.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengirim surat kepada para pemimpin menunjukkan pentingnya
mendakwahkan mereka sebab jika masuk Islam maka akan berpengaruh kepada para
pengikutnya.
Akan
tetapi, tidak berarti bahwa dakwah kepada politik atau memulai dakwah harus
dari pemerintahan sehingga mengutamakannya di atas dakwah tauhid. Karena
mendakwahi pemimpin berbeda dengan berdakwah kepada politik atau pembentukan
daulah terlebih dahulu sebelum dakwah tauhid –sebagaimana dipahami oleh
sebagian aktivis dakwah.
4.
Dari kisah Usamah bin Zaid radhiyallaahu
‘anhumaa kita dapat mengambil pelajaran bahwa semangat dalam beramal
tidaklah cukup, namun harus didasari oleh ilmu yang bermanfaat. Betapa banyak
orang yang bersemangat dalam beramal tetapi tanpa ilmu sehingga lebih banyak
merusak daripada memperbaiki. Menurutnya yang penting menegakkan jihad dan
membunuh orang kafir.
5.
Setelah Usamah radhiyallaahu
‘anhumaa mengetahui bahwa hujahnya lemah dan tidak diterima Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam maka beliau mengakui kesalahannya dengan taubat dan
berandai-andai jika dia masuk Islam setelah membunuh orang tersebut sebab Islam
menghapus semua dosa yang telah lewat. Tidak seperti sebagian pemuda Islam yang
dalam hati mereka telah mengakar kecintaan pada perang teror sehingga tidak mau
mendengarkan nasihat para ulama yang melarang perbuatan teror dan bom bunuh
diri yang mereka lakukan dengan dalih jihad.
6.
Usamah radhiyallaahu
‘anhumaa mengambil faidah dari kisah ini sehingga menjadikan dirinya
terlindung dari fitnah peperangan antara para [beberapa] shahabat.
Hendaknya
seperti ini seorang muslim yang menjaga agamanya yakni mengambil pelajaran dari
kesalahan yang ia lakukan dan tidak terjatuh dalam jurang yang sama dua kali.
Sumber: Sirah
Nabawiyyah oleh Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad dan Sirah Nabawiyyah oleh
Dr. Akram Dhiya’ Amri
Selesai diketik ulang
9 Shafar 1433 H
Abu Hanifah as-Sukawharjiy
1 comment:
inilah adalah rangkuman yang singkat, dan mudah dimengerti bagi orang seperti saya yang miskin ilmu. tidak beretorika dan berpanjang-panjang ataupun berhipotesis
Post a Comment
Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron