Monday, June 6, 2011

Imam Asy-Syafi’I :: Imam dari Ahli Bait

!WinSeven 8 by Mheltin
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini pada setiap permulaan seratus tahun, orang yang akan memperbarui perkara agamanya (mujaddid).”
Maka Imam Ahmad berkata, “Umar bin Abdil ‘Aziz (mujaddid) pada awal seratus tahun pertama dan asy-Syafi’I pada permulaan seratus tahun yang kedua.”
---------------------------------------------------------------------
Nama dan Nasab Beliau
Beliau adalah al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin ‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’i  bin Said bin ‘Ubaid bin ‘Abd Yazid bin Hasyim bin Muthallib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay al-Qurasyi al-Muthalliby asy-Syafi’i. Nasab beiau bertemu dengan Rasullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada Abdu Manf bin Qushay. Ibunya adalah seorang wanita dari Azd dari Yaman.

Kelahiran Beliau
Beliau rahimahullaah dilahirkan pada tahun 150 H di Ghuzzah, ada yang mengatakan di Yaman.

Sifat-Sifat Beliau
Beliau rahimahullaah adalah seorang yang
berparas tampan, berkulit putih, berperawakan tinggi besar dan berwibawa. Beliau dikenal dengan kedermawanan, kebaikan niat dan keikhlasan.

Pertumbuhan Beliau
Ketika al-Imam Syafi’i masih kecil ayahandanya meninggal dunia, kemudian ia dibawa oleh ibunya ke Makkah dan tumbuh di Makkah. Beliau telah menghafal Al-Qur’an ketika berusia 7 tahun dan hafal al-Muwaththa’ ketika berusia 10 tahun.

Beliau rahimahullaah memiliki perhatian yang lebih kepada bahasa ‘Arab dan sya’ir, [ernah tinggal di qabilah Hudzail selama 10 tahun untuk mempelajari dialek-dialek ‘Arab.

Guru-Guru Beliau
Di antara guru-guru beliau rahimahullaah sari ahli Makkah adalah Muslim bin Khalid az-Zinjy –Mufti Makkah-, Isma’il bin Konstatin, pamannya –Muhammad bin ‘Ali bin Syafi’I, Sufya bin ‘Uyainah, Fudhail bin ‘Iyadh, dan yang lainnya.

Adapaun guru-guru beliau rahimahullaah dari ahli Madinah adalah al-Imam Malik bin Anasm Ibrahim bin Abi Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, dan yang lainnya.

Asapun guru-guru beliau rahimahullaah dari Yman adalah Mutharrif  bin Mazin, Hisyam bin Yusuf dan yang lainnya.

Adapu guru-guru beliau rahimahullaah dar ahli Iraq adalah Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, Isma’I bin ‘Ulayyah, ‘Andul Wahha[ ats-Tsaqafi da yang lainnya.

Murid-Murid Beliau
Di antara murid-murid beliau rahimahullaah  adlah al-imam Ahmad bin Hanbal, al-Humaidi,Abu ‘Ubaid al-Qasim binSallam, Dulaman bin Dawud al-Hasyimi, Harmalah bin Yahya, Husain bin ‘Ali al-Karabisi, Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi, dan yang lainnya.

Pujian Para Ulama Kepada Beliau
Abu Ubaid berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih fasih, lebih cerdas, dan lebih menakjubkan daripada asy-Syafi’i.”

al-Imam Ahmad mengatakan tentang hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini pada setiap permulaan seratus tahun, orang yang akan memperbarui perkara agamanya (mujaddid).”
Maka Imam Ahmad berkata, “Umar bin Abdil ‘Aziz (mujaddid) pada awal seratus tahun pertama dan asy-Syafi’I pada permulaan seratus tahun yang kedua.”

Al-Makmun berkata, “Aku telah menguji Muhammad bin Idris asy-Syafi’I dalam segala hal ternyata semuanya sempurna.”

Suwaid bin Sa’id berkata, “Suatu saat aku duduk di majelis Sufyan bin Uyainah, tiba-tiba datanglahasy-Syafi’I mengucapkan salam dan duduk, kemudian Sufyan bin Uyainah meriwayatkan sebuah hadits tentang Raqaiq, maka pingsanlah asy-Syafi’I, maka seorang hadirin berkata, ‘Wahai Abu Muhammad, Muhammad bin Idris wafat.’ Maka, Sufyan bin Uyaianah berkata, ‘Jika ia wafat, maka telah wafat orang yang paling utama di zamannya.’”

Abu Tsaur berkata, “Kami tidak pernah meliaht orang seperti asy-Syafi’i dan ia belum pernah melihat orang seperti dirinya.”

Dawud bin ‘Ali azh- Zhahiri berkata, “Asy-Syafi’I memiliki keutamaan-keutamaan yang tidak pernah terkumpul pada selainnya, dari kemuliaan nasabnya, keshahihah agama dan ‘aqidahnya, kemurahannya, pengetahuannya tentang shahih dan lemahnya hadits, nasikh dan mansukhnya, hafalannya terhadap Al-Kitab, As-Sunnah, dan sirah (sejarah) para khalifah, dan bagusnya susunan tulisan-tulisannya.”

Muhammad bin Dawud berkata, “Tidak pernah dinukil dari seluruh masa hidup asy-Syafi’I bahwa ia mengucapkan kebid’ahan sedikitpun, tidak pernah dinisbatkan satupun kebid’ahan padanya, ia tidak pernah dikenal berbuat bid’ah, justru beliau dikenal sangat benci ahli Kalam dan ahli bid’ah.”

Di Antara Perkataan-Perkataan dan Keadaan-Keadaan Beliau
Al-Imam asy-Syafi’I rahimahullaah berkata, “Aku ingin agar manusia belajr ilmu dariku dan tidak menisbatkan sedikitpun darinya kepadaku.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Jika ada hadits yang shahih dari Rasullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah dan tinggankanlah perkataanku, karena aku berpensapat seperti hadits itu meskipun kalian tidak mendengarnya dariku.”

Beliau berkata, “Jika hadits itu shahih , maka ia adalah madzabku.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Sungguh jika seorang hamba menemui Allah dengan semua dosa kecuali kesyirikan itu lebih baginya daripada bertemu dengan-Nya dengan suatu kebid’ahan.”

Beliau rahimahullaahu berkata, “Barangsiapa mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia telah kafir.”

Beliau rahimahullaahu berkata, “Tidak ada seorang pun yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia telah kafir.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Hukumku pada ahli Kalam, hendaknya ia dipukul dengan pelepah kurma sambil diarak dan diumumkan, ‘Inilah ganjaran prang yang meninggalkan al-Kitab dan as-Sunnah dan beralih kepada ilmu Kalam.’”

Beliau rahimahullaah berkata, “Setiap orang yang berbicara dengan landasan al-Kitab dan as-Sunnah,  maka ia bersungguh-sungguh, dan barangsiapa yang berbicara dengan yang lainnya berarti ia mengigau.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Wajib atas kalian mengikuti ash-habul hadits karena mereka adalah manusia yang paling banyak kebenarannya.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Jika aku melihat seseorang dari ash-habul hadits seakan-akan aku melihat seorang dari Sahabat Rasullullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Ilmu adalah yang diperoleh dengan Haddatsana (mengkhabarkan kepada kami), adapun dengan selain itu maka adalah waswas syaithan.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Barangsiapa yang belajar al-Kitab, maka agunglah nilainya, barangsiapa yang bicara dengan Fiqh bertambahlah martabatnya, barangsiapa yang menulis hadits maka kuatlah hujjahnya, barangsiapa yang menelaah bahasa maka lunaklah tabiatnya, barnagsiapa yang menelaah hisab maka melimpahlah akalnya, dan barangsiapa yang tidak menjaga dirinya maka tidaklah bermanfaat ilmunya baginya.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Janganlah engkau membicarakan (aib) para Shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena musuhmu kelak adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.”

Beliau rahimahullaah berkata, “Janganlah engkau shalat di belakang Rafidhi, Qadari, dan Murji’iy.  Barangsiapa mengatakan iman adalah perkataan saja maka ia Murji’iy, barangsiapa yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan ‘Umar bukan imam maka ia adalah Rafidhy, barangsiapa yang menjadikan masyi’ah (kehendak) dari dirinya maka ia adalah Qadariy.”

Rabi’ bin Sulaiman rahimahullaahu berkata, “Asy-Syafi’I membagi malamnya menjadi tiga bagian, yang pertama untuk menulis, yang kedua untuk shalat dan yang ketiga untuk tidur.”

Rabi’ bin Sulaiman rahimahullaahu berkata, “Asy-Syafi’I mengkhatamkan Al-Kitab pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.”

Rabi’ bin Sulaiman rahimahullaahu berkata, “Aku mendengar asy-Syafi’I berkata, ‘Aku tidak pernah merasa kenyang sejak 16 tahun kecuali sekali maka aku masukkan tanganku ke mulutku dan aku muntahkan, karena kenyang akan memberatkan berat badan, mengeraskan hati, menghilangkan kewaspadaan, membawa kepada tidur, dan melemahkan ibadah.’”

Wafat Beliau
Al-Imam asy-Syafi’I rahimahulla wafat di Mesir pada akhir Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun. Semoga Allah meridhai dan menempatkan beliau dalam keluasan Jannah-Nya.

Rujukan
1. Siyar A’lamin Nubala oleh adz-Dzahabi.
2. Bidayah wan Nihayah oleh Ibnu Katsir.
----------------
Penulis : Abu Aisyah Arif Fathul Ulum di buku Barisan Ulama Pembela Sunnah Nabawiyah cetakan I
Diketik ulang oleh Abu Hanifah as-Suqaharjawwiy
Dipublikasikan : al-Ilmu Media

1 comment:

Harits said...

Syukran Katsiran.

Post a Comment

Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron

 
;