Wednesday, March 7, 2012

Siroh Nabawi:: Perang Mu'tah


PERANG MU’TAH
_:_
Peperangan ini tercatat di dalam sejarah sebagai sebuah peperangan yang besar, dimana tentara Islam yang berjumlah 3.000 orang melawan 200.000 tentara Romawi Nasrani. Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya dua belas orang, dan mereka memiliki kedudukan tinggi di sisi
Allah ‘Azza wa Jalla
-:-

Oleh: Ustadz Abu Hafshoh hafizhahullaah dalam Majalah al-Furqon tahun 11 edisi 6.

Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam diutus Allah  subahaanahu wa ta’ala untuk mendakwahi dan memerangi manusia hingga mereka mengikrarkan kalimat tauhid. Maka kemuliaan bagi yang mengikuti agamanya dan kehinaan bagi yang menyelisihinya.


Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memulai dakwah dari kerabatnya yang terdekat dari kabilah Quraisy lalu bangsa Arab secara umum dan siapa saja yang dekat atau darang kepadanya dari berbagai penjuru, maka demikian pula beliau memerangi musuh pertama yang terdekat yaitu kafir Quraisy para pemyembah berhala kemudian bangsa Arab di sekitar Makkah dan Madinah dan lainnya lalu ahli kitab dari bangsa Yahudi di Madinah dan sekitarnya.

Dan sekarang tiba saatnya untuk memerangi bangsa Romawi yang beragama Nasrani dan nanti akan tiba gilirannya memerangi kaum Majusi para penyembah api dan seluruh kaum Majusi para penyembah api dan seluruh umat kafir hingga agama Allah tinggi dan jaya di permukaan bumi, di atas semua agama sekalipun orang-orang kafir benci, sekalipun orang-orang musyrik murka dan tidak menghendaki kemenangan Islam. Inilah Islam dan inilah jihad yang merahmati umat manusia dan tidak membiarkan mereka berlarut-larut dalam laknat Allah dengan tetap dalam kekafiran, tetapi Islam mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik dan kufur kepada cahaya Islam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Allah takjub dengan orang-orang yang masuk surga dalam keadaan diikat dengan rantai besi.” (Bukhari). Maksudnya bahwa mereka tertawan oleh tentara Islam lalu diikat dengan rantai besi kemudian digiring ke negeri islam dan akhirnya mereka masuk Islam sehingga berbahagia dengan surga.

Dan termasuk hikmah ilahiyah tatkala orang-orang kafir dari berbagai bangsa tidak bersatu padu dalam satu waktu untuk menyerang kaum muslimin. Tatkala kafir Quraisy memerangi kaum muslimin maka bangsa Arab lainnya diam menunggu hasil  dari Quraisy. Ketika seluruh bangsa Arab dan Yahudi bersekutu memerangi kaum muslimin maka umat Nasrani diam menunggu hasil peperangan tersebut. Demikian pula tatkala umat Islam berperang melawan Romawi maka bangsa Persia Majusi diam menunggu hasil peperangan ini[,] hingga semua bangsa dan agama ditundukkan oleh kaum muslimin. Firman Allah:
وَكَفَى اللهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ
Dan Allah memelihara kaum muslimin dari peperangan. (QS. Al-Ahzab [33]: 25)

SEBAB TERJADINYA PERANG
Sebab terjadinya perang ini adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengirim surat bersama Harits bin Umair radhiyallaahu ‘anhu kepada raja Bushra, namun tatkala utusan ini sampai di Mu’tah (timur Yordania) dihadang dan dibunuhm padahal menurut adat yang berlaku pada saat itu –dan berlaku hingga sekarang- bahwa utusan tidak boleh dibunuh dan kapan saja membunuh utusan maka berarti menyatakan pengumuman perang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam marah akibat tindakan jahat ini maka beliau mengirim pasukan perang pada Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriah yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.

Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam , “Jika Zaid mati syahid maka Ja’far yang menggantikannya dan jika Ja’far mati syahid maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.”

Ini pertama kali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengangkat tiga panglima sekaligus karena beliau mengetahui kekuatan militer Romawi yang tidak tertandingi pada waktu itu.

Tentang sebab perang Mu’tah, Dr. Akram berkata, “Sebenarnya membahas sebab terjadinya  perang secara khusus berkaitan dengan perang terhadap bangsa Arab yang berada di sekitar Syam yang tunduk kepada kekuasaan imperium Romawi tidak berpengaruh besar terhadap peristiwa perang tersebut sebab syari’at jihad mengandung makna bahwa harus menundukkan kabilah-kabilah Arab yang beragama Nasrani dan secara politik berwala’ (loyal) kepada Romawi. Dengan demikian umat Islam akan mampu mendahului Romawi dalam penguasaan terhadap kabilah-kabilah Arab tersebut dan sebelum Romawi nasrani menggempur umat Islam. Apalagi setelah Perang Ahzab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan perang thalab yaitu mencari dan mendatangi musuh di negerinya.”

TENTARA ALLAH ‘AZZA WA JALLA BERANGKAT
Pasukan ini berangkat hingga tiba di Ma’an wilayah Syam dan sampai kepada mereka berita bahwa Raja Romawi bernama Heraklius telah tiba di Balqa’ bersama 100.000 tentera dan bergabung bersama mereka kabilah-kabilah Arab yang beragama Nasrani yang berjumlah 100.000 tentara. Setelah para sahabat bermusyawarah, sebagian mereka mengatakan, “Kita mengirim kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam agar beliau menambahkan kekuatan tentara atau memerintahkan kepada kita sesuatu.”

Lalu panglima mereka yang ketiga, Abdullah bin Rawaihah radhiyallaahu ‘anhu menyemangati mereka seraya mengatakan, “Wahai kaum! Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian benci sungguh inilah yang kalian cari berupa mati syahid. Kita tidak memerangi manusi karena banyaknya bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi kita memerangi manusia karena agama Islam ini yang Allah muliakan kita dengannya. Bangkitlah kalian memerangi musuh karena sesungguhnya tidak lain kita melainkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang atau mati syahid.”

Maka sebagian mereka berkata, “Demi Allah Ibnu Rawahah benar.” Lalu mereka berangkat sampai mereka tiba di Balqa’ tempat musuh mereka berada.

Ini menunjukkan betapa besar keberanian para sahabat dalam jihad memerangi musuh-musuh Allah, semoga Allah melaknat Syi’ah yang mencela para sahabat radhiyallaahu ‘anhum.

PERTEMPURAN
Tentara Islam dan tentara kufur saling berhadapan. Perlu kita ketahui, tentara di medan perang dibagi menjadi lima pasukan, yaitu: pasukan depan, belakang, kanan, kiri, dan tengah sebagai pasukan inti. Tentara musuh dengan jumlah yang sangat banyak mengharuskan seorang tentara dari sahabat melawan puluhan tentara musuh. Akan tetapi, tentara Allah yang memiliki kekuatan iman dan semangat jihad untuk meraih kemuliaan mati syahid tidak merasakannya sebagai beban berat bagi mereka sebab kekuatan mereka satu banding sepuluh –sebagaiman digambarkan oleh Allah ‘azza wajalla dalam ayat:
إِنْكُن مِنكُمْ عِشْرُونَ يَغْلِبُوا مِاْئتَيْنِ
Jika ada di antara kalian 20 orang yang bersabar maka akan mengalahkan 200 orang. (QS. al-Anfaal [8]: 65)

Tentara Allah sebagai wali dan kekasih-Nya yang berperang untuk meninggikan agama-Nya maka pasti Allah bersama mereka. Adapun orang-orang kafir sebanyak berapa pun bilangan dan kekuatannya mereka maka ibarat buih yang tidak berarti apa-apa.

Peperangan berkecamuk dengan dahsyat. Pusat perhatian musuh tertuju kepada pembawa bendera kaum muslimin dan keberanian para panglima Islam dalam maju memerangi musuh, hingga mati syahidlah panglima pertama, Zaid bin Haritsah radhiyallaahu ‘anhu. Lalu bendera perang diambil oleh panglima kedua, Ja’far bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu. Beliau berperang habis-habisan hingga tangan kanannya terputus, lalu bendera dibawa dengan tangan kirinya hingga terputus pula dan merangkul bendera dengan dadanya hingga terbunuh. Sebagai balasannya, Allah menjadikan baginya dua sayap untuk terbang ke mana saja di surga. Setelah beliau syahid ditemukan pada tubuhnya terdapat 90 luka lebih antara tebasan pedang, tusukan panah atau tombak yang menunjukkan keberaniannya dalam menyerang musuh.

Kemudian bendera perang dibawa oleh panglima yang ketiga, Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu ‘anhu dan berperang hingga mati syahid menyusul kedua rekannya. Agar bendera perang tidak jatuh maka mereka mengangkatnya dan bersepakat menyerahkannya kepada Khalid bin Walid radhiyallaahu ‘anhu maka beliau membawa bendera perang.

Setelah berperang yang luar biasa, keesokan harinya Khalid radhiyallaahu ‘anhu –dengan kecerdasan dan pengalamannya dalam berperang- melakukan siasat baru dengan mengubah posisi pasukannya dari semula yaitu pasukan depan ke belakang dan sebaliknya, pasukan kanan ke kiri dan sebaliknya, sehingga tampak bagi musuh bahwa kaum muslimin mendapat bantuan tentara yang baru dan menimbulkan rasa takut dalam hati mereka dan menjadi sebab kekalahan mereka.

Setelah berperang lama, Khalid radhiyallaahu ‘anhu menilai bahwa kekuatan musuh jauh tidak sebanding dengan kekuatan kaum muslimin. Maka beliau menarik mundur pasukannya dengan selamat hingga ke Madinah, sedang musuh tidak mengejar mereka karena khawatir kalau-kalau hal ini dilakukan oleh kaum muslimin sebagai siasat perang untuk mengajak Romawi menuju medan perang yang lebih terbuka di padang pasir –yang akan merugikan Romawi.

Dalam perang ini, Khalid radhiyallaahu ‘anhu berperang habis-habisan hingga sembilan pedang patah di tangannya. Ini menunjukkan betapa besarnya peperangan tersebut dan betapa besar perjuangan para sahabat radhiyallaahu ‘anhu demi Islam. Maka semoga Allah melaknat orang-orang Syi’ah yang tidak mengakui keutamaan para sahabat radhiyallaahu ‘anhu. Seandainya Syi’ah mencela seorang saja dari sahabat biasa, sungguh cukuplah sebagai kejelekan mereka, lalu bagaimana jika yang mereka cela adalah kebanyakan sahabat bahkan yang paling utama di antara mereka. Sungguh tidak ada kebaikan yang dilakukan oleh siapa pun kecuali para sahabat merupakan pendahulunya dan mendapat pahalanya.

Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya dua belas orang, dan mereka memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Adapun pasukan musuh tidak dapat dipastikan bilangan mereka yang terbunuh, tetapi diperkirakan sangat banyak. Hal ini dapat diketahui dari hebatnya peperangan yang terjadi.

RASULULLAH shallallaahu ‘alaihi wasallam BERKISAH TENTANG PERANG
Tampak mukjizt kenabian tatkala Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kepada para sahabat di Madinah tentang kematian tiga panglimanya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dalam keadaan sedih meneteskan air mata seraya berkata, “Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga mati syahid lalu bendera perang diambil oleh Ja’far dan berperang hingga mati syahid lalu bendera perang dibawa oleh Abdullah bin Rawahah dan berperang hingga mati syahid kemudian bendera dibawa oleh Saifullah (Pedang Allah- yakni Khalid bin Walid, Pen.) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.” Lalu beliau mendatangi keluarga Ja’far dan menghibur mereka serta membuatkan makanan untuk mereka.

IBRAH
1.       Boleh mengangkat beberapa pemimpin dalam satu waktu dengan syarat tertentu dan memimpin secara berurutan.
2.       Kaum muslimin mengangkat Khalid sebagai panglima perang merupakan dalil bolehnya ijtihad di masa hidupnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
3.       Keutamaan tiga panglima (Zaid, Ja’far, Abdullah bin Rawahah) dan keutamaan Khalid bin Walid sebab peperangan ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menamainya dengan Saifullah (Pedang Allah).
4.       Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sedih atas kematian tiga panglimanya, menunjukkan rahmatnya kepada umatnya dan bahwasanya mujahadah nafsu untuk sabar terhadap musibah lebih baik daripada yang tidak sedih dan tidak tersentuh oleh musibah sama sekali.
5.       Hakikat hidup dan ‘izzah yang disingkap oleh Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu ‘anhu bahwa sesungguhnya kemenangan bukanlah karena kekuatan dan jumlah secara materi, melainkan agama dan ketaatan kepada Allah.
Lihat Sirah Nabawiyyah karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad: 521-526 dan Sirah Nabawiyah karya Dr. Akram: 2/267-270. []


Selesai diketik ulang:
Surakarta, 15 Shafar 1433 H
Abu Hanifah as-Sukawharjiy

No comments:

Post a Comment

Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron

 
;