_:_
Peperangan ini tercatat di dalam sejarah sebagai sebuah
peperangan yang besar, dimana tentara Islam yang berjumlah 3.000 orang melawan
200.000 tentara Romawi Nasrani. Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan
Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya dua belas orang, dan mereka memiliki
kedudukan tinggi di sisi
Allah ‘Azza wa Jalla
Allah ‘Azza wa Jalla
-:-
Oleh: Ustadz
Abu Hafshoh hafizhahullaah dalam Majalah al-Furqon tahun 11 edisi 6.
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi
wasallam diutus Allah subahaanahu
wa ta’ala untuk mendakwahi dan memerangi manusia hingga mereka mengikrarkan
kalimat tauhid. Maka kemuliaan bagi yang mengikuti agamanya dan kehinaan bagi
yang menyelisihinya.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam memulai dakwah dari kerabatnya yang terdekat dari kabilah
Quraisy lalu bangsa Arab secara umum dan siapa saja yang dekat atau darang
kepadanya dari berbagai penjuru, maka demikian pula beliau memerangi musuh
pertama yang terdekat yaitu kafir Quraisy para pemyembah berhala kemudian
bangsa Arab di sekitar Makkah dan Madinah dan lainnya lalu ahli kitab dari
bangsa Yahudi di Madinah dan sekitarnya.
Dan sekarang tiba saatnya untuk memerangi
bangsa Romawi yang beragama Nasrani dan nanti akan tiba gilirannya memerangi
kaum Majusi para penyembah api dan seluruh kaum Majusi para penyembah api dan
seluruh umat kafir hingga agama Allah tinggi dan jaya di permukaan bumi, di
atas semua agama sekalipun orang-orang kafir benci, sekalipun orang-orang
musyrik murka dan tidak menghendaki kemenangan Islam. Inilah Islam dan inilah
jihad yang merahmati umat manusia dan tidak membiarkan mereka berlarut-larut
dalam laknat Allah dengan tetap dalam kekafiran, tetapi Islam mengeluarkan
mereka dari kegelapan syirik dan kufur kepada cahaya Islam. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Allah takjub dengan orang-orang
yang masuk surga dalam keadaan diikat dengan rantai besi.” (Bukhari). Maksudnya
bahwa mereka tertawan oleh tentara Islam lalu diikat dengan rantai besi
kemudian digiring ke negeri islam dan akhirnya mereka masuk Islam sehingga
berbahagia dengan surga.
Dan termasuk hikmah ilahiyah tatkala
orang-orang kafir dari berbagai bangsa tidak bersatu padu dalam satu waktu
untuk menyerang kaum muslimin. Tatkala kafir Quraisy memerangi kaum muslimin
maka bangsa Arab lainnya diam menunggu hasil
dari Quraisy. Ketika seluruh bangsa Arab dan Yahudi bersekutu memerangi
kaum muslimin maka umat Nasrani diam menunggu hasil peperangan tersebut.
Demikian pula tatkala umat Islam berperang melawan Romawi maka bangsa Persia
Majusi diam menunggu hasil peperangan ini[,] hingga semua bangsa dan agama
ditundukkan oleh kaum muslimin. Firman Allah:
وَكَفَى اللهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ
Dan Allah
memelihara kaum muslimin dari peperangan. (QS. Al-Ahzab [33]: 25)
SEBAB
TERJADINYA PERANG
Sebab terjadinya perang ini adalah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengirim surat bersama Harits
bin Umair radhiyallaahu ‘anhu kepada raja Bushra, namun tatkala utusan
ini sampai di Mu’tah (timur Yordania) dihadang dan dibunuhm padahal menurut
adat yang berlaku pada saat itu –dan berlaku hingga sekarang- bahwa utusan
tidak boleh dibunuh dan kapan saja membunuh utusan maka berarti menyatakan
pengumuman perang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam marah akibat
tindakan jahat ini maka beliau mengirim pasukan perang pada Jumadil Awal tahun
ke-8 Hijriah yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.
Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam , “Jika Zaid mati syahid maka Ja’far yang menggantikannya dan jika
Ja’far mati syahid maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.”
Ini pertama kali Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengangkat tiga panglima sekaligus karena beliau
mengetahui kekuatan militer Romawi yang tidak tertandingi pada waktu itu.
Tentang sebab perang Mu’tah, Dr. Akram
berkata, “Sebenarnya membahas sebab terjadinya
perang secara khusus berkaitan dengan perang terhadap bangsa Arab yang
berada di sekitar Syam yang tunduk kepada kekuasaan imperium Romawi tidak
berpengaruh besar terhadap peristiwa perang tersebut sebab syari’at jihad
mengandung makna bahwa harus menundukkan kabilah-kabilah Arab yang beragama
Nasrani dan secara politik berwala’ (loyal) kepada Romawi. Dengan demikian umat
Islam akan mampu mendahului Romawi dalam penguasaan terhadap kabilah-kabilah
Arab tersebut dan sebelum Romawi nasrani menggempur umat Islam. Apalagi setelah
Perang Ahzab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan perang thalab
yaitu mencari dan mendatangi musuh di negerinya.”
TENTARA ALLAH ‘AZZA WA JALLA BERANGKAT
Pasukan ini berangkat hingga tiba di
Ma’an wilayah Syam dan sampai kepada mereka berita bahwa Raja Romawi bernama
Heraklius telah tiba di Balqa’ bersama 100.000 tentera dan bergabung bersama
mereka kabilah-kabilah Arab yang beragama Nasrani yang berjumlah 100.000
tentara. Setelah para sahabat bermusyawarah, sebagian mereka mengatakan, “Kita
mengirim kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam agar beliau
menambahkan kekuatan tentara atau memerintahkan kepada kita sesuatu.”
Lalu panglima mereka yang ketiga,
Abdullah bin Rawaihah radhiyallaahu ‘anhu menyemangati mereka seraya
mengatakan, “Wahai kaum! Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian benci sungguh
inilah yang kalian cari berupa mati syahid. Kita tidak memerangi manusi karena
banyaknya bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi kita memerangi manusia
karena agama Islam ini yang Allah muliakan kita dengannya. Bangkitlah kalian
memerangi musuh karena sesungguhnya tidak lain kita melainkan salah satu dari
dua kebaikan, yaitu menang atau mati syahid.”
Maka sebagian mereka berkata, “Demi Allah
Ibnu Rawahah benar.” Lalu mereka berangkat sampai mereka tiba di Balqa’ tempat
musuh mereka berada.
Ini menunjukkan betapa besar keberanian
para sahabat dalam jihad memerangi musuh-musuh Allah, semoga Allah melaknat
Syi’ah yang mencela para sahabat radhiyallaahu ‘anhum.
PERTEMPURAN
Tentara Islam dan tentara kufur saling
berhadapan. Perlu kita ketahui, tentara di medan perang dibagi menjadi lima
pasukan, yaitu: pasukan depan, belakang, kanan, kiri, dan tengah sebagai pasukan
inti. Tentara musuh dengan jumlah yang sangat banyak mengharuskan seorang
tentara dari sahabat melawan puluhan tentara musuh. Akan tetapi, tentara Allah
yang memiliki kekuatan iman dan semangat jihad untuk meraih kemuliaan mati
syahid tidak merasakannya sebagai beban berat bagi mereka sebab kekuatan mereka
satu banding sepuluh –sebagaiman digambarkan oleh Allah ‘azza wajalla dalam
ayat:
إِنْكُن مِنكُمْ عِشْرُونَ يَغْلِبُوا مِاْئتَيْنِ
Jika ada
di antara kalian 20 orang yang bersabar maka akan mengalahkan 200 orang. (QS.
al-Anfaal [8]: 65)
Tentara
Allah sebagai wali dan kekasih-Nya yang berperang untuk meninggikan agama-Nya
maka pasti Allah bersama mereka. Adapun orang-orang kafir sebanyak berapa pun
bilangan dan kekuatannya mereka maka ibarat buih yang tidak berarti apa-apa.
Peperangan berkecamuk dengan dahsyat.
Pusat perhatian musuh tertuju kepada pembawa bendera kaum muslimin dan
keberanian para panglima Islam dalam maju memerangi musuh, hingga mati
syahidlah panglima pertama, Zaid bin Haritsah radhiyallaahu ‘anhu. Lalu
bendera perang diambil oleh panglima kedua, Ja’far bin Abi Thalib radhiyallaahu
‘anhu. Beliau berperang habis-habisan hingga tangan kanannya terputus, lalu
bendera dibawa dengan tangan kirinya hingga terputus pula dan merangkul bendera
dengan dadanya hingga terbunuh. Sebagai balasannya, Allah menjadikan baginya
dua sayap untuk terbang ke mana saja di surga. Setelah beliau syahid ditemukan
pada tubuhnya terdapat 90 luka lebih antara tebasan pedang, tusukan panah atau
tombak yang menunjukkan keberaniannya dalam menyerang musuh.
Kemudian bendera perang dibawa oleh
panglima yang ketiga, Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu ‘anhu dan
berperang hingga mati syahid menyusul kedua rekannya. Agar bendera perang tidak
jatuh maka mereka mengangkatnya dan bersepakat menyerahkannya kepada Khalid bin
Walid radhiyallaahu ‘anhu maka beliau membawa bendera perang.
Setelah berperang yang luar biasa,
keesokan harinya Khalid radhiyallaahu ‘anhu –dengan kecerdasan dan
pengalamannya dalam berperang- melakukan siasat baru dengan mengubah posisi
pasukannya dari semula yaitu pasukan depan ke belakang dan sebaliknya, pasukan
kanan ke kiri dan sebaliknya, sehingga tampak bagi musuh bahwa kaum muslimin
mendapat bantuan tentara yang baru dan menimbulkan rasa takut dalam hati mereka
dan menjadi sebab kekalahan mereka.
Setelah berperang lama, Khalid radhiyallaahu
‘anhu menilai bahwa kekuatan musuh jauh tidak sebanding dengan kekuatan
kaum muslimin. Maka beliau menarik mundur pasukannya dengan selamat hingga ke
Madinah, sedang musuh tidak mengejar mereka karena khawatir kalau-kalau hal ini
dilakukan oleh kaum muslimin sebagai siasat perang untuk mengajak Romawi menuju
medan perang yang lebih terbuka di padang pasir –yang akan merugikan Romawi.
Dalam perang ini, Khalid radhiyallaahu
‘anhu berperang habis-habisan hingga sembilan pedang patah di tangannya.
Ini menunjukkan betapa besarnya peperangan tersebut dan betapa besar perjuangan
para sahabat radhiyallaahu ‘anhu demi Islam. Maka semoga Allah melaknat
orang-orang Syi’ah yang tidak mengakui keutamaan para sahabat radhiyallaahu
‘anhu. Seandainya Syi’ah mencela seorang saja dari sahabat biasa, sungguh
cukuplah sebagai kejelekan mereka, lalu bagaimana jika yang mereka cela adalah
kebanyakan sahabat bahkan yang paling utama di antara mereka. Sungguh tidak ada
kebaikan yang dilakukan oleh siapa pun kecuali para sahabat merupakan
pendahulunya dan mendapat pahalanya.
Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan
Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya dua belas orang, dan mereka memiliki
kedudukan tinggi di sisi Allah. Adapun pasukan musuh tidak dapat dipastikan
bilangan mereka yang terbunuh, tetapi diperkirakan sangat banyak. Hal ini dapat
diketahui dari hebatnya peperangan yang terjadi.
RASULULLAH shallallaahu ‘alaihi
wasallam BERKISAH TENTANG PERANG
Tampak mukjizt kenabian tatkala
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kepada para
sahabat di Madinah tentang kematian tiga panglimanya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam naik mimbar dalam keadaan sedih meneteskan air mata seraya
berkata, “Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga mati syahid
lalu bendera perang diambil oleh Ja’far dan berperang hingga mati syahid lalu
bendera perang dibawa oleh Abdullah bin Rawahah dan berperang hingga mati syahid
kemudian bendera dibawa oleh Saifullah (Pedang Allah- yakni Khalid bin
Walid, Pen.) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.” Lalu beliau mendatangi
keluarga Ja’far dan menghibur mereka serta membuatkan makanan untuk mereka.
IBRAH
1. Boleh mengangkat beberapa pemimpin dalam satu waktu dengan
syarat tertentu dan memimpin secara berurutan.
2.
Kaum muslimin mengangkat
Khalid sebagai panglima perang merupakan dalil bolehnya ijtihad di masa
hidupnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
3.
Keutamaan tiga panglima
(Zaid, Ja’far, Abdullah bin Rawahah) dan keutamaan Khalid bin Walid sebab
peperangan ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menamainya
dengan Saifullah (Pedang Allah).
4.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam sedih atas kematian tiga panglimanya, menunjukkan
rahmatnya kepada umatnya dan bahwasanya mujahadah nafsu untuk sabar
terhadap musibah lebih baik daripada yang tidak sedih dan tidak tersentuh oleh
musibah sama sekali.
5. Hakikat hidup dan ‘izzah yang disingkap oleh Abdullah bin
Rawahah radhiyallaahu ‘anhu bahwa sesungguhnya kemenangan bukanlah
karena kekuatan dan jumlah secara materi, melainkan agama dan ketaatan kepada
Allah.
Lihat Sirah Nabawiyyah karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad: 521-526 dan Sirah Nabawiyah karya Dr. Akram: 2/267-270. []
Lihat Sirah Nabawiyyah karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad: 521-526 dan Sirah Nabawiyah karya Dr. Akram: 2/267-270. []
Selesai diketik ulang:
Surakarta, 15 Shafar 1433 H
Abu Hanifah as-Sukawharjiy
No comments:
Post a Comment
Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron