Monday, March 26, 2012

Siroh Nabawi:: Perang Khoibar


[dan] Alloh menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan lurus. (QS. al-Fath [48]: 20)

PERANG KHOIBAR

dari majalah al-furqin edisi 1 tahun ke-11.Oleh: Ustadz Abu Hafshoh hafizhahullaah

KHOIBAR adalah daerah yang ditempati oleh orang Yahudi setelah diusir Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam dari Madinah tatkala mereka melanggar perjanjian damai. Di sana mereka menyusun makar untuk melampiaskan dendam kesumat terhadap Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam, Islam, dan kaum muslimin.


Dendam Yahudi memang telah menumpuk; mulai terusirnya bani Qunaiqo’, bani Nadhir, terbunuhnya dua tokoh mereka, hingga pembantaian terhadap bani Quroizhoh dan sejumlah tokoh meraka yang dibunuh oleh kaum muslimin.

Telah lewat pembahasannya bahwa kaum Yahudi adalah penggerak pasukan Ahzab pada Perang Khondaq. Ini berarti kali  yang ke-4 Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam memerangi umat Yahudi agar kita mengetahui bagaimana sejarah hitam umat Yahudi dan dendam mereka yang sangat mendalam terhadap Islam.

PASUKAN BERANGKAT
Pada Bulan Muharram tahun ke-7 Hijriah Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersama 1.400 sahabat yang ikut di Hudaibiyah berangkat menuju Khoibar. Telah kita ketahui bahwa sepulang mereka dari Hudaibiyah Alloh menurunkan ayat sebagai janji kemenangan dari-Nya dan perintah untuk memerangi Yahudi di Khaibar dalam firman-Nya:

وَعَدَكُمُ اللهُ مَغَانِمَ كَثِرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ ءَايَةً لِّلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا --- الفح : 20
[dan] Alloh menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan lurus. (QS. al-Fath [48]: 20)

Ulama ahli tafsir mengatakan bahwa Alloh menjanjikan harta rampasan (ghonimah) yang banyak kepada kaum muslimin, sebagai pendahuluannya adalah harta rampasan yang mereka peroleh pada Perang Khoibar itu. Adapun orang-orang badui atau munafiqin tatkala mereka mengetahui bahwa para sahabat akan menang dan mendapat rampasan perang maka mereka memohon untuk ikut dalam peperangan tersebut supaya mendapat bagian dari ghonimah maka Alloh berfirman:

سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذًرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللهُ مِنْ قَبْل فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَايَفْقَهُونَ إِلاَّ قَلِيلًا --- الفتح : 15
Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, “Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Alloh. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Alloh telah menetapkan sebelumnya.” Mereka akan mengatakan, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Bahkan mereka tidak melainkan sedikit sekali. (QS. al-Fath [48]: 15)

Demikian itu karena Alloh telah mengkhususkan rampasan perang Khoibar sebagai balasan jihad, kesabaran dan keikhlasan para sahabat yang ikut di Hudaibiyah saja.

Para sahabat berangkat dengan penuh keyakinan dan besar hati terhadap janji Alloh, sekalipun mereka mengetahui bahwa Khoibar merupakan perkampungan Yahudi yang paling kokoh dan kuat dengan benteng berlapis dan persenjataan serta kesiapan perang yang mapan. Mereka berjalan sambil bertakbir dan bertahlil dengan mengangkat suara tinggi hingga Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang mereka dan memerintahkan agar merendahkan suara sebab Alloh Maha Dekat, bersama kalian, tidak tuli, dan tidak jauh. (Bukhori: 4205)

Sebelum subuh mereka tiba di halaman benteng Khoibar, sedang Yahudi tidak mengetahuinya. Tiba-tiba ketika berangkat ke tempat kerja mereka (orang-orang Yahudi) dikejutkan dengan keberadaan tentara; maka mereka berkata, “Ini Muhammad bersama pasukan perang.” Mereka kembali masuk ke dalam benteng dalam keadaan takut. Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allohu Akbar, binasalah Khoibar. Sesungguhnya jika kami datang ke tempat musuh maka hancurlah kaum tersebut.” (Bukhori dan Muslim)

Kaum muslimin menyerang dan mengepung benteng-benteng Yahudi, tetapi sebagian sahabat pembawa bendera perang tidak berhasil menguasai dan mengalahkan mereka hingga Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Besok akan kuserahkan bendera perang kepada seseorang yang Alloh dan Rosul-Nya mencintainya dan dia pun mencintai Alloh dan Rosul-Nya. Allah akan memenangkan kaum muslimin lewat tangannya.” Maka para sahabat bergembira dengan kabar ini dan semua berharap agar bendera tersebut akan diserahkan kepadanya, hingga Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Aku tidak pernah menginginkan kebesaran, kecuali pada perang Khoibar.”

Pada pagi hari itu para sahabat bergegas berkumpul di hadapan Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam. Masing-masing berharap akan diserahi bendera komando. Akan tetapi, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Dimanakah Ali?” Mereka menjawab, “Dia sedang sakit mata, sekarang berada di perkemahannya.” Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Panggillah dia.” Maka mereka memanggilnya. Ali radhiyallaahu ‘anhu datang dalam keadaan sakit mata (trahom), lalu Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam meludahi matanya dan sembuh seketika, seakan-akan tidak pernah merasakan sakit. Beliau menyerahkan bendera perang dan berwasiat kepadanya, “Ajaklah mereka kepada Islam sebelum engkau memerangi mereka. Sebab, demi Alloh, seandainya Alloh memberi hidayah seorang di antara mereka lewat tanganmu maka sungguh itu lebih baik bagimu dari pada unta merah (harta bangsa Arab yang paling mewah ketika itu).” (Muslim)

PERANG TANDING
Tatkala berlangsung pengepungan benteng-benteng Yahudi, tiba-tiba pahlawan andalan mereka bernama Marhab menantang dan mengajak sahabat untuk perang tanding. Amir bin Akwa’ radhiyallaahu ‘anhu melawannya dan beliau terbunuh mati syahid. Lalu Ali radhiyallaahu ‘anhu melawannya hingga membunuhnya dan menyebabkan runtuhnya mental kaum Yahudi dan sebagai sebab kekalahan mereka.

Benteng Khoibar terdiri atas tiga lapis dan masing-masing terdiri atas tiga benteng. Kaum muslimin memerangi dan menguasai benteng demi benteng. Setiap kali Yahudi kalah dari pertahanan pada satu benteng, mereka berlindung dan berperang dalam benteng lainnya hingga kemenagan mutlak berada di tangan kaum muslimin.

KORBAN PERANG
Dalam peperangan ini terbunuh dari kaum Yahudi puluhan orang, sedang wanita dan anak-anak ditawan. Termasuk dalam tawanan adalah Shofiyah binti Huyai yang jatuh di tangan Dihyah al-Kalbi lalu dibeli oleh Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam darinya. Beliau mengajaknya masuk islam lalu menikahinya dengan mahar memerdekakannya. Adapun yang mati syahid dari kaum muslimin sebanyak belasan orang.

Di antara yang mati syahid adalah seorang badui yang datang dan masuk Islam dan memohon kepada Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk hijrah dan tatkala Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam memperoleh rampasan perang Khoibar maka beliau memberinya bagian, tetapi dia berkata, “Wahai Rosululloh, aku mengikutimu bukan untuk tujuan ini, melainkan agar aku terkena panah di sini (sambil memberi isyarat pada lehernya) sehingga aku masuk surga.” Maka Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Jika kamu jujur kepada Alloh maka pasti Alloh buktikan.” Tidak lama kemudian jenazahnya dibawa kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan terluka pada tempat yang dia isyaratkan sebelumnya. Maka Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Orang ini jujur kepada Alloh. Oleh karenanya, Alloh memenuhi niatnya yang baik.” Lalu beliau mengafaninya dan memakamkannya. (Mushonnaf Abdurrozaq dnegan sanad yang baik: 5/276)

Daging Beracun
Kaum Yahudi tidak pernah dan tidak akan berhenti dari makar buruk terhadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan Islam karena tabiat mereka, sebagaimana digambarkan oleh Alloh dalam al-Qur’an:
يَكْفُرُونَ بِئَايَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍ --- آل عمران : 112
Mereka mengkafiri ayat-ayat Alloh dan membunuh para nabi tanpa hak. (QS. Ali Imron [3]: 112)

Tatkala mereka kalah dari Perang Khoibar dan beberapa kali upaya untuk membunuh Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam gagal maka mereka bermaksud untuk membunuh beliau dengan siasat baru. Seorang wanita Yahudi berperan besar dalam makar buruk ini, yaitu memberi hadiah berupa menyuguhkan hidangan daging kepada Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan menyisipkan racun yang banyak padanya.

Tatkala Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam memakannya, daging tersebut mengabari belaiu bahwa ia beracun. Maka beliau memuntahkannya. Ini merupakan mukjizt Rosululloh shallaahu ‘alaih wasallam yang lebih mulia daripada mukjizat Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang memahami bahasa semut sebab ia makhluk hidup yang bernyawa memiliki mulut untuk berbicara, sedangkan sepotong daging tersebut sebagai makhluk yang mati bahkan telah matang dipanggang dengan api.

Adapun Bisri bin Baro’ radhiyallaahu ‘anhu yang ikut makan bersama Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam, meninggal dunia karena racun tersebut. Sebab itu, Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam membunuh wanita tersebut sebagai qishosh.

PERDAMAIAN
Setelah umat Yahudi kalah, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bermaksud untuk mengusir mereka dari Khoibar akan tetapi mereka memohon kepada beliau agar membiarkan mereka mengurusi pertanian dengan penjanjian bagi hasil maka Rosululloh menerima permohonan itu dengan syarat kapan saja beliau menghendaki maka beliau berhak untuk mengusir mereka. Hingga akhirnya mereka diusir oleh Umar bin Khotoh di zaman kekholifahannya setelah beberapa kali mereka berbuat kejahatan terhadap kaum muslimin.

PEMBAGIAN RAMPASAN
Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam  membagi rampasan perang kepada sahabat yang ikut perang yang berjumlah 1.400 orang. Namun, seusai perang ini para rombongan Muhajirin berjumlah 53 orang dari Habasyah yang dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu datang dan bertemu Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam di Khoibar. Beliau sangat gembira dengan kedatangan mereka. Beliau merangkul Ja’far radhiyallaahu ‘anhu serta menciumnya seraya berkata, “Aku tidak mengetahui apakah aku bergembira karena menang dari Khoibar ataukah karena kedatangan rombongan Ja’far. (Shohih Abu Dawud: 5220)

Kemudian Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam memberi mereka bagian dari rampasan perang. Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam juga memberi bagian rampasan kepada Abu Huroiroh radhiyalllaahu ‘anhu dan beberapa orang dari suku Daus yang bari datang dalam keadaan Islam. Semua ini beliau lakukan dengan izin dan keikhlasan dari sahabat yang ikut Perang Khoibar dan karena mereka ini terhalang oleh udzur, jika tidak maka pasti mereka akan ikut berperang.

BAHAYA GHULUL
Ghulul adalah mengambil rampasan perang sebelum dibagi. Mid’am, seorang pelayan Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam, meninggal dunia akibat terkena panah maka sahabat mengatakan, “Alangkah nikmatnya, baginya surga.” Namun Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak, demi Alloh, sesungguhnya pakaian yang diambilnya dari rampasan Khoibar sebelum dibagi menjadi bahan bakar api neraka.” Mendengar ini, ada seseorang yang datang mengaku, “Ini satu atau dua tali sandal aku peroleh sendiri.” Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itu termasuk neraka.” (Bukhori dan Muslim)

YAHUDI FADAK
Tatkala Rosululloh shallallaahu ‘alihi wasallam menguasai dan mengalahkan Khoibar maka alloh mencampakkan rasa takut ke dalam hati orang-orang Yahudi di Fadak-sebelah utara Khoibar-maka mereka segera mengirim utusan kepada Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk berjanji damai dengan menyerahkan separuh bumi Fadak kepadanya. Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam menerima tawaran tersebut dan beliau khususkan untuk dirinya sebab ia termasuk rampasan perang (fai’) yang diperoleh tanpa perang (pertempuran).

Juga Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam memerangi Yahudi di Wadi Quro hingga mereka menyerah dan kalah. Mengetahui hal ini, Yahudi Taima’ juga segera berdamai dengan Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan membayar jizyah (upeti, Red.).

1. Ibroh dalam peperangan Khoibar Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam mengharamkan makan daging keledai piaraan.

2. Tampak mukjizat kenabian seperti Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam meludahi mata Ali radhiyallaahu ‘anhu lalu sembuh, daging mengabari beliau bahwa ia mengandung racun, Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam meniup tiga kali pada bekas luka pukulan pedang yang mengenai lutut Salamah bin Akwa’ radhiyallaahu ‘anhu lalu dia tidak kesakitan setelah itu.

3. Boleh berdamai dengan Yahudi dalam waktu yang ditentukan dan boleh memerangi orang kafir pada bulan haram.

Lihat Siroh Nabawiyyah karya Dr. Mahdi Rizqulloh Ahmad: 479-492. []

Selesai diketik ulang Surakarta, 14 Robi’ul Akhir 1433
AHaS

No comments:

Post a Comment

Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron

 
;