Bersikap Bijak Dalam Menyikapi Perbedaan
di Antara Ahli Sunnah
Penulis berkata, “Syaikh kami (Muqbil) al-Wadi’i pernah menasehati kami, ‘Wahai anak-anakku, janganlah kalian menyibukkan diri dengan perkara ini –debat tentang orang- biarkan saya saja, sudah cukup.’ Dan kami mengambil manfaat dari nasihat ini. Segala puji bagi Allah. (al-Ibanah hlm. 208 karya Muhammad al-Imam)
Penulis berkata, “Syaikh kami (Muqbil) al-Wadi’i pernah menasehati kami, ‘Wahai anak-anakku, janganlah kalian menyibukkan diri dengan perkara ini –debat tentang orang- biarkan saya saja, sudah cukup.’ Dan kami mengambil manfaat dari nasihat ini. Segala puji bagi Allah. (al-Ibanah hlm. 208 karya Muhammad al-Imam)
Judul Kitab
Al-Ibanah ‘an Kaifiyyah Ta’amul Ma’al Khilaf Baina Ahli Sunnah wal Jama’ah
Penulis
Abu Nashr Muhammad bin Abdillah al-Imam
Penerbit
Darul Atsaar, Yaman
Cetakan
Pertama, 1431 H
Tebal
280 halaman
Oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as
Sidawi hafizhahullaah
Sebuah fenomena pahit yang terjadi di barisan Ahli
Sunnah wal Jama’ah adalah terjadinya pemandangan tak sedap berupa saling
menjatuhkan satu sama lain dan menyibukkan diri dengan gelombang fitnah.1
-
1 Penulis
berkata, “Syaikh kami (Muqbil) al-Wadi’i pernah menasehati kami, ‘Wahai
anak-anakku, janganlah kalian menyibukkan diri dengan perkara ini –debat
tentang orang- biarkan saya saja, sudah cukup.’ Dan kami mengambil manfaat dari
nasihat ini. Segala puji bagi Allah. (al-Ibanah hlm. 208 karya Muhammad
al-Imam)
-
Lebih ironis lagi, sebagian di antara mereka keluar
batas dari etika adab dan akhlak sehingga menyebut para ustadz dengan kata-kata
yang biasanya hanya ada dalam kamus kebun binatang, lalu kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh para pendengki dakwah yang penuh berkah ini untuk menghantam
dakwah ini yang semakin mekar di bumi pertiwi akhir-akhir ini.2
-
2 Seperti
buku Terbongkar Lumbung Dinar Jaringan Islam Radikal Wahabi, Wajah Salafi
Ekstrem di Dunia Internet, dan sebagainya.
Semestinya, kita menyibukkan diri dengan ilmu, amal
shalih, dan dakwah, serta saling mencintai dan melengkapi antar sesama [-dengan
saling menasehati ed-] serta memahami kaidah-kaidah dalam menyikapi
fitnah, perselisihan, dan sebagainya. Kita semua hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Kita perlu untuk nasihat dan
bimbingan, tetapi dengan cara yang lembut dan bijak.
Disinilah pentingnya kehadiran buku yang bagus ini.
Buku hasil goresan pena salah seorang murid senior Syaikh Muqbil bin Hadi
al-Wadi’i setelah melihat fenomena pahit di lapangan dakwah salafiyyah di Yaman
dan di negara lainnya. Buku ini semakin berharga setelah mendapatkan
rekomendasi dan kata pengantar dari para ulama semisal Syaikh Rabi’ bin Hadi
al-Madkhali, Muhammad bin Abdul Wahhab al-Washshabi, dan sebagainya.
Buku ini juga mendapat pujian dari ahli hadits
Madinah dan dokter spesialis penyakit Ahlis Sunnah, dialah Syaikh Abdul Muhsin
al-Abbad hafizhahullaah. Beliau berkata dalam risalahnya Wa Marratan
Ukhra: Rifqan Ahlas Sunnah Bi Ahlis Sunnah (Sekali Lagi: Hendaknya Kalian
Saling Berlemah Lembut Sesama Ahlus Sunnah), “Telah terbit akhir-akhir ini
sebuah kitab berharga yang berjudul Al-Ibanah ‘an Kaifiyyah Ta’amul Ma’al
Khilaf Baina Ahli Sunnah wal Jama’ah karya Syaikh Muhammad bin Abdillah
al-Imam dari negeri Yaman, dan telah diberi kata pengantar oleh lima masyayikh
Yaman. Kitab tersebut memuat banyak nukilan dari para ulama Ahlus Sunnah dahulu
dan sekarang, khususnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Imam Ibnu Qayyim. Ini
adalah nasihat bagi segenap Ahli Sunnah agar berlemah lembut kepada sesama
mereka. Saya telah membaca banyak pembahasan buku tersebut dan mengambil
manfaat dari nukilan-nukilannya. Maka saya anjurkan untuk membacanya dan
mengambil faedah darinya.”
Akhirnya, selamat membaca dan mengambil manfaat dari
buku berharga ini.
Selesai diketik ulang dari majalah al-Furqon tahun 11
edisi 6
Surakarta, 9 Shafar 1433 H
Abu Hanifah as-Sukawharjiy
No comments:
Post a Comment
Silahkan menyampaikan nasehat, petuah, saran. Syukron